miss him

65566,1236528369,9bagaimana mungkin, menikah dan tinggal bersama dengan pasangan tapi tetap saja merasa rindu?

But it Happens! and unfortunatelly, it also happen to me… Hiks 😦

Sebenarnya, fenomena dimana suami istri yang baru bisa bertemu menjelang larut malam sudah tidak asing lagi. Terlebih jika sang suami dan istri bekerja di kota besar layaknya Jakarta.

I admit that. Awalnya semua memang berjalan seperti yang saya bayangkan, terlebih di minggu pertama pernikahan kami, dimana hampir setiap saat di selalu ada di sebelah saya, terlepas dari kenyataan bahwa saat itu kami sedang cuti menikah dan memang dalam masa honimun, tapi setelah kembali ke Jakarta pun, kami masih dapat meluangkan banyak waktu berdua, walopun cuma sekedar hunting HIK (hidangan Istimewa Kampung) di sekitaran Cibubur-Cileungsi. But that’s FUN!! dan bener2 rasanya seperti sang waktu adalah belong to us.

Menikah muda, untuk yang sudah menjalani sebagaimana saya sekarang, terlebih untuk yang tinggal deket2 ama ibukota, keknya nasibnya ngga jauh-jauh dari saya. Tiba-tiba jadi inget ama temen yang rumahnya di Kota Wisata. Ngeliat dari jauh, emang keknya hidup yang mereka jalani perfect. Semua fasilitas kelas menengah ke atas telah mereka rasakan, mobil ada, segala hiburan tersedia. Apapun, you name it, they have it. Tapi apa yang mereka korbankan atas semua yang mereka dapatkan?

Yang sering tidak di sadari adalah hilangnya waktu bersama dengan orang-orang terkasih. Seperti yang akhir-akhir ini saya rasakan. Betapa saya merindukan sentuhan tangan suami saya saat saya sedang lelap tertidur, membangunkan saya dan menyadarkan saya akan kehadirannya.  Betapa saya sering kali merindukan saat-saat dimana kami dapat mengobrol santai dan tidak bertemu saat tubuh telah membunyikan alarm lelahnya. Betapa saya merindukan moment-moment simple nan indah yang biasa kami dapatkan saat dulu tekanan pekerjaan tidak sebesar sekarang. Sungguh, saya rindu itu semua.

Ini resiko sih, terlebih nanti klo sudah ada anak. Rasa kehilangan mungkin akan terasa sampe ke level kronis. Merasa lelah sendiri karena merasa sendirian merawat si kecil. Ah, sekarang aja saya sudah merasa sedih membayangkannya. Tapi saya yakin, jauh di dalam hati orang terkasih itu, suami saya tercinta, diapun tidak menginginkan jarak diantara kami demikian terasa, dia pun pasti menginginkan yang sama, senantiasa dapat berada di sisi saya.

Kami, hanya harus lebih berusaha… dan tetap saling mengerti tentunya…

ps : We Love you Ayah…